PENENTUAN KADAR AIR MINYAK DENGAN METODE
PEMANASAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KIMIA HASIL PERTANIAN
Disusun Oleh :
ARI BETRANDU
15/17419/THP-STPK-B
SARJANA
TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DAN TURUNANNYA
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam acara ini bahwa prinsip
yang dipakai bahwa kadar minyak atau lemak dapat dilakukan dengan menggunakan
soxhlet apparatus. Cara ini dapat digunakan untuk ekstraksi minyak dari suatu
bahan yng mengandung minyak. Sedangkan untuk menentukan air dalam minyak dapat dilakukan
dengan beberapa cara seperti Hot Plate, Oven Terbuka dan Oven Hampa Udara.
Dalam acara praktikum kali ini
bahwa metode yang digunakan dengan oven terbuka (air oven method). Cara ini
digunakan untuk Lemak dan Hewani, tetapi tidak dapat digunakan untuk minyak
yang mengering (drying oil) atau
setengah mengering (semi drying oil). Cara ini diulang sampai kehilangan bobot
selama pemanasan tidak lebih dari 0,05%(Murdijati, 1988).
Untuk menentukan kadar air dan
bahan lain yang menguap yang terdapat dalam minyak dan lemak dapat menggunakan
cara hot plate. Cara tersebut dapat digunakan untuk semua jenis minyak dan lemak, termasuk emulsi seperti
mentefa dan margarine, serta minyak kelapa dengan kadar asam lemak bebas yang
tinggi. Jika bahan masih basah maka selain memperlambat proses ekstraksi, air
dapat turun kedalam labu suling (labu lemak) sehingga akan mempersulit
penentuan berat tetap dari labu suling (Ketaren, 1986).
B.
Tujuan Praktikum
Mengetahui kadar air pada minyak dengan metode pemanasan
C.
Manfaat Praktikum
Dapat mengetahui kadar air pada minyak dengan
metode pemanasan.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
CPO
Crude Palm
Oil (CPO)
adalah minyak yang
berasal dari daging
buah sawit yang telah
melewati tahap perebusan
di sterilizing station
dan dilanjutkan dengan pengepresan di pressing station. Dalam
daging buah sawit terdapat 43% crude
palm oil yang tersusun atas berbagai jenis asam lemak, yaitu asam palmitat
(C16) 40%-46%, asam Oleat (C18-1)
39%-45%, asam linoleat (C18-2) 7%-11%, asam stearat (C18) 3,6%-4,7% dan asam miristat
(C14) 1,1%-2,5%. Crude palm oil
(CPO) mengandung asam lemak bebas
yang relatif tinggi
berkisar 3%-5%, sedangkan
untuk memproduksi biodiesel
asam lemak bebas
harus ≤ 2%. Untuk itu, dalam penelitian ini
dibutuhkan perlakuan untuk menurunkan kandungan asam lemak bebas sebelum crude
palm oil (CPO) digunakan sebagai bahan baku biodiesel melalui reaksi
esterifikasi. Kadar asam
lemak bebas dalam
crude palm oil
(CPO) dipengaruhi oleh tingkat
kematangan (ripe) dari
buah kelapa sawit. Semakin lewat matang buah kelapa sawit yang digunakan
sebagai bahan baku, semakin tinggi pula kadar asam lemak bebas. Kenaikan kadar
ALB juga turut dipercepat
oleh faktor panas, H2O, keasaman
dan biokatalis (Citra, 2007).
Minyak kelapa sawit kasar yang dikenal
dengan istilah CPO (Crude Palm Oil)adalah minyak yang diperoleh dari ekstraksi
bagian mesokarp buah. Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari campuran
trigliserida dan komponen lainnya yang merupakan komponen minor. Trigliserida
terdapat dalam jumlah yang besar sedangkan komponen minor terdapat dalam jumlah
yang relatif kecil namun keduanya memegang peranan dalam menentukan kualitas
minyak sawit. Standar mutu menetapkan bahwa standar mutu minyak kasar kelapa
sawit seperti pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Standar Mutu Minyak Kasar Kelapa Sawit
kriteria
|
Satuan
|
persyaratan
|
Warna
|
-
|
Jingga
kemerahan
|
Kadar air dan kotoran
|
%
fraksimassa
|
0,5
maks
|
Asam lemak bebas
|
%
fraksimassa
|
0,5
maks
|
Bilangan yodium
|
G
yodium/100 gr
|
50-55
|
Sumber : BSN 2006.
B.
Olein
Minyak goreng adalah lemak yang
digunakan untuk medium penggoreng. Secara umum, di pasaran ditawarkan dua macam
minyak goreng: minyak goreng nabati yang berasal dari tanaman dan hewani
berasal dari hewan. Saat ini yang paling umum digunakan di Indonesia, adalah
minyak yang berasal dari nabati (Hariskal, 2009).
Begitu banyak jenis minyak yang
beredar di pasaran saat ini. Di antaranya minyak bermerek, minyak kelapa sawit,
minyak curah dan lain lain.Dari segi kandungan, minyak curah kadar lemaknya
lebih tinggi dan juga kandungan asam oleat dibanding minyak kemasan (Citra,
2007).
Mulai dari proses produksi, minyak
goreng kemasan selalu melalui dua kali penyaringan, sedangkan minyak goreng
curah hanya melalui proses penyaringan satu, atau hanya sampai pada tahap olein
saja, sehingga masih mengandung minyak fraksi padat. Perbedaan proses ini pula
yang kemudian menyebabkan warna minyak goreng kemasan lebih jernih dari minyak
goreng curah. Adapun dari segi kandungannya, kadar lemak dan asam oleat pada
minyak curah juga lebih tinggi dibanding minyak kemasan (Cemerlang, 2013).
Minyak goreng yang baik memiliki
standar mutu yang telah ditentukan oleh SNI. Standar mutu minyak goreng, telah
dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Standar
mutu tersebut yaitu SNI 01-3741-2002, SNI ini merupakan revisi dari SNI
01-3741-1995, menetapkan bahwa standar mutu minyak goreng seperti pada Tabel 1
berikut ini:
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Tempat & Waktu Praktikum
Praktikum
dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Institut Pertanian
Stiper, Yogyakarta. Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat, 21 Oktober 2016.
B.
Alat Dan Bahan
Alat –
alat yang digunakan dalam praktikum Eksikator, Botol timbang, Oven, Timbangan Analitik , sedangkan
bahan yang digunakan yaitu CPO dan olein
C.
Prosedur Praktikum
1.
Teoritis
Diagram
alir Mengambil
masing-masing Menimbang dengan memakai
timbangan analitik 2-5 gram. Mengeringkan
kedalam oven dengan suhu 100 oC- 105oC. Menimbang setiap jam diselangi dengan pengeringan sampai mencapai
berat
tetap (konstan) setiap penimbangan terlebih dahulu didinginkan dalam eksikator.
Menghitung
kadar air.
2.
Skematis
Dikeringkan di dalam oven
dengan suhu (1000C - 105oC).
|
Ditimbang dengan memakai
timbangan analitis 2gram
|
Ditimbang setiap jam
diselingi dengan pengeringan sampai mencapai berat tetap (konstan) setiap
penimbangan terlebih dahulu didinginkan dalam eksikator.
|
Dihitung
kadar air.
|
Gambar 1. Diagram alir Penentuan Kadar Air pada Minyak
dengan Metode Pemanasan
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Hasil
pengamatan Penentuan Kadar Air pada
Minyak dengan Metode Pemanasan di sajikan pada tabel 1 di bawah ini;
Tabel 1. Hasil Penentuan Kadar Air pada Minyak dengan Metode Pemanasan.
No.
|
Bahan
|
A
(gram)
|
B
(gram)
|
C
(gram)
|
1.
|
CPO I
|
10,4263
|
10,4258
|
10,4253
|
2.
|
CPO II
|
12,4512
|
12,4221
|
12,4032
|
3.
|
Olein I
|
10,1850
|
10,1741
|
10,1732
|
4.
|
Olein II
|
11,4105
|
12,2112
|
11,1131
|
Keterangan
:
A = berat bahan + botol sebelum di keringkan
B = berat bahan + botol setelah di keringkan
(pertama)
C = berat bahan + botol
Perhitungan :
Kadar air = a – c x 100%
a
1.
Kadar air
CPO I = a – c x 100%
a
=
10,4263 – 10,4253 x 100%
10,4263
=
0,0095 %
2.
Kadar air CPO II =
a
– c x 100%
a
=
12,4512 – 12,4032 x 100%
12,4512
=
0,3855 %
3.
Kadar air olein I =
a
– c x 100%
a
=
10,1850 – 10,1732 x 100%
10,1850
=
0,1158 %
4.
Kadar air olein II
= a
– c x 100%
a
=
11,4105 – 11,1131 x 100%
11,4105
=
0,2541 %
B.
Pembahasan
Praktikum
kali ini membahas tentang penentuan kadar air minyak dengan metode pemanasan,
adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui kadar air pada jenis
minyak dengan metode pemanasan.
Pengukuran kadar air dalam suatu bahan
sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang memerlukan
pengukuran kadar air adalah bidang pertanian . Komoditi pertanian yang cukup
penting untuk diketahui kadar airnya adalah hasil perkebunan yang berbasis
industri, diman kadar air menjadi tolok ukur Dallam kualitas bahan hasil
pertanian.
Mutu CPO atau minyak goreng baru atau
Olein sangat dipengaruhi, terutama
ditentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar air minyak atau lemat,
mutunya semakin jelek. Tingginya kadar air minyak atau lemak dapat berakibat
berakibat kepada asam lemak bebas atau ALB yang dipengaruh oleh proses oksidasi
dan hidrolisis ini juga berakibat pada tengik atau tidak minyak atau lemak.
Maka kadar air sangat perlu dipertimabangkan dalam industri pengolahan tandan
buah segar ( TBS) menjadi CPO (crude palm oil) sampai pada produk turunanya
yaitu Olein.
Praktikum kali ini adalah untuk
mengetahui kadar air dalam suatu bahan makanan CPO dan Olein. Metode yang
digunakan adalah oven pengering. Pengeringan adalah suatu metode untuk
mengeluarkan atau menghilangakan sebagian air dari suatu bahan dengan cara
menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air
bahan tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh
lagi didalamnya. Dan setelah dilakukan penyimpanan dalam eksikator, eksikator
sendiri berfungsi untuk menyerap uap air hasil pengeringan yang akan disserap
oleh ssilica gel yang terdapat dalam eksikator tersebut.
Praktikum ini dilakukan pada pengukur
kadar air yang terkandung dalm hasil perkebunan yaitu minyak sawit kasara CPO
dan minyak sawit baru atau Olein diman dari kedua bahan ini diberikan perlakuan
yang sama, dan kedua bahan juga dibagi menjadi dua yaitu CPO I dan CPO II,
untuk Olein terbagi kedalam Olein I dan Olein II. Maka dari hasil pengamatan
dan perhitungan dari masing bahan-bahan tersebut antara lain berat bahan
ditambah dengan berat botol sebelum ditimbang untuk CPO I,CPO II,Olein I, Olein
II berturut yaitu 10,42 gram; 12,45 gram ; 10,18 gram; 11,41 gram dan untuk
berat bahan dan botol setelah setelah dikeringkan atau bahan tersebut di oven
untuk waktu selama kurang lebih 1 jam, untuk bahan CPO I, CPO I, dan Olein I,
Olein II maka hasil berturut- turut 10,42 gram; 12,42 gram; dan 10,17 gram;
12,21 gram, sementara berdasar analisis dari praktikum untuk kadar air yang
terkandung dalam bahan CPO I,CPOII dan Olein I, Olein 2 berturut-turut 0,0095%;
0,3855% dan 0,1158%; 0,2541%
Sementara itu untuk kadar air sesungguh
minyak sawit kasar atau CPO 86% dan untuk kadar air sesungguhnya untuk kadar
air di Olein yaitu 85% perbedaan yang sangat signifikan anatara yang sesungguh
dan hasil praktikum hal ini disebabkan oleh kurang bagusnya kualitas bahan yang
dianalisi sehingga menyebabkan tingkat eror yang sangat tinggi.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah dilihat dari hasil pengamatan
terlihat dari hasil pengamatan
dan perhitungan dari masing bahan-bahan tersebut antara lain berat bahan
ditambah dengan berat botol sebelum ditimbang untuk CPO I,CPO II,Olein I, Olein
II berturut yaitu 10,42 gram; 12,45 gram ; 10,18 gram; 11,41 gram dan untuk berat
bahan dan botol setelah setelah dikeringkan atau bahan tersebut di oven untuk
waktu selama kurang lebih 1 jam, untuk bahan CPO I, CPO I, dan Olein I, Olein
II maka hasil berturut- turut 10,42 gram; 12,42 gram; dan 10,17 gram; 12,21
gram, sementara berdasar analisis dari praktikum untuk kadar air yang
terkandung dalam bahan CPO I,CPOII dan Olein I, Olein 2 berturut-turut 0,0095%;
0,3855% dan 0,1158%; 0,2541%
Sementara itu
untuk kadar air sesungguh minyak sawit kasar atau CPO 86% dan untuk kadar air
sesungguhnya untuk kadar air di Olein yaitu 85% perbedaan yang sangat
signifikan anatara yang sesungguh dan hasil praktikum hal ini disebabkan oleh
kurang bagusnya kualitas bahan yang dianalisi sehingga menyebabkan tingkat eror
yang sangat tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,2016.Petunjuk Praktikum Kimia Hasil Pertanian.
Instiper.Yogyakarta.
Harjadi, 1993. Ilmu Kimia Analitik
Dasar.PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Ketaren, 1986. Lemak Dan Minyak.
Universitas indonesia.
Jakarta.
Murdijati, 1988. Teknologi
Pengolahan Minyak. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar