Senin, 07 November 2016

REAKSI PENYABUNAN MINYAK
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KIMIA HASIL PERTANIAN


Disusun oleh  :
                                                      ARI BETRANDU
   15/17419/THP-STPK-B




SARJANA TEKNOLOGI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DAN TURUNANNYA
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
 INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar belakang
            Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Lemak dan minyak yang digunakan dalam makanan sebagian besar adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan berbagai asam lemak. Lemak dan minyak terdapat pada hamper semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda   (Winarno, 1992).
            Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas (Kusnawijaya, 1993).
            Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH) (Kusnawijaya, 1993).
            Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5 (Matsjeh, 1996).
            Sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial. Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal lemak dan basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan. Dalam pengertian teknis, reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda kaustik NaOH) yang menghidrolisis trigliserida. Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat (Matsjeh, 1996).
            Minyak sayuran dan lemak hewani merupakan bahan utama untuk reaksi saponifikasi. Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua tahap. Pada proses satu tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang akan memutus ikatan ester dan menghasilkan garam asam lemak dan gliserol. Proses ini digunakan dalam industri gliserol. Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan cara pengendapan. Peristiwa ini disebut dengan salting out oleh NaCl jenuh (Matsjeh, 1996).
            Dalam reaksi saponifikasi, dikenal dengan angka saponifikasi atau angka penyabunan. Angka penyabunan adalah jumlah basa yang diperlukan untuk dapat melangsungkan saponifikasi terhadap sampel lemak. Mekanisme pemutusan ikatan ester oleh basa melibatkan reaksi kesetimbangan. Anion hidroksida menyerang gugus karbonil ester.Produk intermediet disebut dengan orto ester (Winarno, 1992).
B.             Tujuan praktikum
                        Mengetahui reaksi penyabunan minyak.
C.    Manfaat praktikum
         Mahasiswa mengetahui reaksi penyabunan minyak yang sempurna dan tidak sempurna.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.               Penyabunan Minyak
              Lemak dan minyak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Lemak dan minyak yang digunakan dalam makanan sebagian besar adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan berbagai asam lemak. Lemak dan minyak terdapat pada hamper semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda   (Winarno, 1992).
              Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH) (Kusnawijaya, 1993).
              Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5 (Matsjeh, 1996).
              Sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial. Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal lemak dan basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan. Dalam pengertian teknis, reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda kaustik NaOH) yang menghidrolisis trigliserida. Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat (Matsjeh, 1996).
              Minyak sayuran dan lemak hewani merupakan bahan utama untuk reaksi saponifikasi. Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua tahap. Pada proses satu tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang akan memutus ikatan ester dan menghasilkan garam asam lemak dan gliserol. Proses ini digunakan dalam industri gliserol. Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan cara pengendapan. Peristiwa ini disebut dengan salting out oleh NaCl jenuh (Matsjeh, 1996).
              Dalam reaksi saponifikasi, dikenal dengan angka saponifikasi atau angka penyabunan. Angka penyabunan adalah jumlah basa yang diperlukan untuk dapat melangsungkan saponifikasi terhadap sampel lemak. Mekanisme pemutusan ikatan ester oleh basa melibatkan reaksi kesetimbangan. Anion hidroksida menyerang gugus karbonil ester.Produk intermediet disebut dengan orto ester (Winarno, 1992).


BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.         Tempat Dan Waktu Paktikum 
          Paktikum dilaksanakan di laboratorium Fakultas Teknologi Hasil Pertanian, Insitut Pertanian STIPER Yogyakarta, pada hari jumat, tanggal
26 Oktober  2016
B.             Alat dan Bahan
   Alat – alat yang digunakan dalam praktikum Erlenmeyer, Timbangan, Kompor listrik, Gelas ukur, Pipet tetes, Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Minyak goreng kelapa sawit 5 ml,Minyak kelapa 5 ml, CPO 5 ml, NaOH 1,5 gram, Aquadest, Alkohol 25 ml.
C.            Prosedur praktikum   
1.              Prosedur Teoritis
Diagram alir Mengambil 25 ml bahan minyak, kemudian tambah 1,5 gram NaOH dan alkohol ke dalam erlenmeyer.Mendidihkan dalam erlenmeyer selama 15 menit. Memeriksa reaksi penyabunan sudah sempurna atau belum dengan cara mengambil beberapa tetes campuran larutan dapat larut sempurna maka akan menunjukkan reaksi sudah sempurna.

2.            Prosedur skematis
Dididihkan dalam erlenmeyer selama 15 menit).

 
Diambil 5 ml bahan minyak, kemudian tambah 1,5 gram NaOH dan 25 ml alkohol ke dalam erlenmeyer.
 
Sampel CPO, Minyak kelapa sawit, Alkohol, NaOH,Aquades.










Diperiksa reaksi penyabunan sudah sempurna atau belum dengan cara:
Diambil beberapa tetes campuran larutan dapat larut sempurna maka akan menunjukkan reaksi sudah sempurna
 
 





Gambar 1. Diagram alir Reaksi Penyabunan Minyak
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.            HASIL PENGAMATAN
     Hasil pengmatan praktikum Reaksi Penyabunan Minyak dari di    sajikan pada tabel 1 di bawah ini
          Tabel 1. Hasil Pengujian Reaksi Penyabunan Minyak.
No.
Nama Bahan
Warna
Keterangan
Awal
      Akhir
1.
CPO
kuning
Putih keruh
-
2.
 Minyak goreng kelapa sawit
Bening
Putih bening
++
Keterangan :
++        : Larut sempurna
 +         : Kurang larut
 -          : Tidak larut
B.             Pembahasan
              Lemak dan minyak, merupakan bahan baku yang banyak digunakan dalam pengolahan pangan, seperti margarin, shortening, minyak goreng, dan produk olahan lain yang diproduksi oleh industri pangan, rumah tangga atau restoran. Lemak dan minyak memiliki fungsi penting dalam pengolahan pangan, yaitu sebagai sumber energi, berkontribusi pada pembentukan tekstur dan mutu sensori produk pangan, medium pindah panas dalam proses pengorengan, serta pelarut bagi vitamin esensial larut lemak A, D, E dan K.
              Sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial. Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal lemak dan basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan. Dalam pengertian teknis, reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda kaustik NaOH) yang menghidrolisis trigliserida. Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat (Matsjeh, 1996).
              Praktikum kali ini digunakan bahan CPO dan minyak goreng kelapa sawit, larutan basa yaitu NaOH, selain NaOH di gunakan juga alkohol, fungsi alkohol ini adalah penetral, serta membuat larutan bertambah. setelah itu di lakukan pemanasan kurang lebih 15 menit, pemanasan ini bertujuan agar reaksi penyabunan terjadi dan pencampuran lebih sempurna, Pengujian kesempurnaan reaksi saponifikasi ini dilakukan dengan menguji masing-masing bahan dengan mencampurkannya diair dan kemudian dilihat bila dapat larut sempurna, maka hal ini menunjukkan reaksi sudah sempurna.  Dari hasil pengamatan terlihat Pada bahan minyak kelapa sawit terjadi perubahan warna , dari warna awal kuning menjadi putih keruh. Pada bahan minyak kelapa, terjadi perubahan warna dari warna awal bening berubah warna menjadi putih bening. Kedua bahan ini terjadi  dengan reaksi penyabunan sempurna.
             
 
BAB V
      PENUTUP
A.           Kesimpulan  
            Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal lemak dan basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan.
            Hasil pengamatan terlihat Pada bahan minyak kelapa sawit terjadi perubahan warna , dari warna awal kuning menjadi putih keruh. Pada bahan minyak kelapa, terjadi perubahan warna dari warna awal bening berubah warna menjadi putih bening. Kedua bahan ini terjadi  dengan reaksi penyabunan sempurna.

           


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Laboratorium Unit Kimia. UPT. Laboratorium Dasar. UniversitasHaluoleo. Kendari
Kusnawijaya, 1993. Biokimia.Exact Ganeca. Bandung.
Matsjeh, 1996. Kimia Organik II. UGM. Yogyakarta.
Winarno, F, G, 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar